Wahana TV | Raja minyak Rusia Roman Abramovich dan dua negosiator dari Ukraina telah diracun oleh kelompok garis keras Moskow.
Hal ini menurut klaim media Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal (WSJ) pada Senin (28/3/2022).
Baca Juga:
Orang Paling Tajir di Inggris Berencana Membeli Chelsea
Klaim WSJ tersebut didasarkan pada penyelidikan Bellingcat, kelompok aktivis yang berbasis di London, Inggris.
Beliingcat, mengutip sumber anonim yang diklaim mengetahui masalah tersebut, melaporkan bahwa Abramovich menunjukkan gejala dugaan peracunan setelah pertemuan di Kiev, Ukraina awal bulan ini.
“Bellingcat dapat mengkonfirmasi bahwa tiga anggota delegasi yang menghadiri pembicaraan damai antara Ukraina dan Rusia pada malam 3 hingga 4 Maret 2022 mengalami gejala yang konsisten dengan keracunan dengan senjata kimia. Salah satu korbannya adalah pengusaha Rusia Roman Abramovich," kata organisasi itu dalam duitan di Twitter pada Senin sebagaimana dilansir RT.
Baca Juga:
Drama Rencana Pembelian Chelsea Belum Tamat
Sumber anonim yang dikutip Bellingcat melaporkan bahwa pemilik klub sepakbola Chelsea FC itu menunjukkan gejala seperti mata merah, luka robek terus menerus yang menyakitkan, dan kulit yang mengelupas di wajah dan tangan.
Gejala serupa juga dilaporkan pada dua negosiator dari pihak Ukraina.
WSJ melaporkan bahwa dugaan ini diselidiki oleh Christo Grozev dari Bellingcat, yang sebelumnya juga menyelidiki kasus peracunan terhadap Sergey Skripal di Inggris pada 2018 dan Alexei Navalny di Rusia pada 2020.
Grozev menuding Rusia berada di belakang kedua kasus peracunan tersebut.
Pejabat Ukraina telah menyatakan skeptis terhadap laporan WSJ tersebut, dengan Penasihat Presiden Mikhail Podolyak menyebutnya sebagai “spekulasi dan teori konspirasi”.
Rustem Umerov, salah satu negosiator yang diduga menjadi salah satu dari tiga korban peracunan tersebut juga mengatakan bahwa orang-orang tidak boleh mempercayai "informasi yang tidak diverifikasi".
Rusia sendiri telah menetapkan Bellingcat sebagai agen asing, karena keterlibatan dengan badan-badan intelijen Barat dan pendanaan oleh Amerika Serikat (AS), Inggris dan pemerintah Belanda.
Pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina untuk menyelesaikan konflik yang saat ini berlangsung akan berlanjut di Istanbul, Turki pada Selasa (29/3/2022).
Kedua belah pihak diharapkan akan mencapai kemajuan yang positif dalam pembicaraan mendatang. [Tio]