Wahana TV | Human Right Watch dalam laporannya selasa kemarin menyebut Taliban membunuh atau secara paksa menghilangkan lebih dari 100 mantan polisi dan perwira intelijen era pemerintahan Afghanistan sebelumnya.
Human Rights Watch mengatakan, Taliban melakukan hal itu sebagai bentuk pembalasan terhadap angkatan bersenjata dari pemerintah meskipun telah dijanjikan pengampunan.
Baca Juga:
Jerman Takkan Pernah Akui Kepemimpinan Taliban di Afghanistan
Laporan Human Right Watch menyebut, Taliban memburu mantan perwira menggunakan dokumen pegawai pemerintah, hingga menargetkan mereka yang menyerah dan menerima surat yang menjamin keselamatan mereka.
Dalam beberapa kasus, komandan Taliban setempat telah menyusun daftar orang yang akan menjadi sasaran, dengan mengatakan bahwa sasaran itu melakukan tindakan yang tidak termaafkan.
“Pola pembunuhan telah menebar teror di seluruh Afghanistan, karena tidak seorang pun yang terkait dengan pemerintah sebelumnya dapat merasa aman bahwa mereka telah lolos dari ancaman pembalasan,” kata Human Rights Watch dalam laporan tersebut dilansir dari Associated Press, Rabu (01/12/2021).
Baca Juga:
Laporan SIGAR: Saat Kabur dari Afghanistan, Ashraf Ghani Cuma Bawa Uang US$ 500 Ribu
“Beban ada pada Taliban untuk mencegah pembunuhan lebih lanjut, meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab dan memberi kompensasi kepada keluarga korban,” kata Patricia Gossman, direktur asosiasi Human Rights Watch.
Human Rights Watch juga mengatakan, Taliban telah membunuh atau menghilangkan secara paksa 47 mantan angkatan bersenjata di empat provinsi sejak 15 Agustus dan 31 Oktober.
Penelitiannya menunjukkan, setidaknya 53 pembunuhan atau penghilangan terjadi juga. Penelitian difokuskan pada provinsi Ghazni, Kandahar, Kunduz, dan Helmand.
Taliban setiap malam juga disebut menggrebek rumah warga untuk menahan mantan petugas keamanan. Taliban juga mengancam dan menyiksa kerabat mereka agar mendapatkan informasi. Dalam beberapa kasus yang didokumentasikan, mayat mereka yang ditahan kemudian ditemukan dibuang di jalan.
Dalam satu kasus yang dikutip oleh laporan itu, seorang mantan pejuang di Direktorat Keamanan Nasional bernama Abdul Qadir bersembunyi di provinsi Kunduz setelah Taliban menguasai Afghanistan.
Dia kemudian muncul kembali untuk tinggal bersama mertuanya. Pada 25 Agustus, dia dihentikan di sebuah pos pemeriksaan oleh Taliban. Ia mengaku pernah menjadi anggota NDS, tetapi ia menunjukkan amnesti.
Taliban tetap menahannya dan tiga hari kemudian tubuhnya ditemukan di tepi sungai. Di provinsi Ghazni, seorang mantan komandan polisi setempat bernama Saadat menghilang setelah pergi ke pasar pada pertengahan Oktober.
Warga kemudian membawa tubuhnya ke rumahnya, memberi tahu kerabat bahwa dia telah dibunuh di jalan oleh orang-orang bersenjata yang mereka yakini adalah Taliban. [Tio]