Wahana TV | Barbados resmi menjadi negara republik. Barbados pun melantik Sandra Mason sebagai Presiden Pertama untuk memimpin negaranya yang terpilih bulan lalu oleh sesi gabungan Dewan Majelis dan Senat.
Setelah berhasil melepaskan diri dari cengkraman kolonial Inggris selama hampir 400 tahun, rakyat Barbados bersuka cita.
Baca Juga:
9 Negara Ini Izinkan Donor Sperma
Ratusan orang berbaris di Jembatan Chamberlain, ibu kota Bridgetown, Senin malam, 29 November 2021. Sebuah salut 21-senjata ditembakkan saat lagu kebangsaan Barbados dikumandangkan di Heroes Square.
Mereka beramai-ramai merayakan hari di mana bebas dari bayang-bayang Inggris dalam sebuah upacara. Penjual jeruk di pusat kota Nigel Mayers menyambut gembira Barbados jadi negara republik. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris 1966 silam.
"Saya senang. Kami sendirian sekarang tanpa raja atau ratu dari Inggris,” ucap Nigel Mayers kepada kantor berita Reuters seperti dilansir dari Aljazeera.
Baca Juga:
Tewas di Ukraina, Tentara Inggris Ini Justru Bikin Bangga Keluarga
“Ini adalah penurunan penuh setelah kemerdekaan,” ujarnya.
Sedangkan Penyair Barbados Winston Farrell dalam upacara mengatakan “Hentikan sepenuhnya halaman kolonial ini”. “Ini tentang kita, bangkit dari ladang tebu, merebut kembali sejarah kita,” kata Winston.
"Akhiri semua yang dia maksud, letakkan Bajan di sana sebagai gantinya."
Pewaris takhta Inggris Pangeran Charles hadir dalam upacara Barbados menjadi negara republik. Bahkan, ia menyaksikan sendiri saat bendera kerajaan Inggris diturunkan yang menjadi tanda akhir kepemimpinan Ratu Elizabeth II di sana.
Pangeran Charles mengatakan Inggris dan Barbados akan tetap menjalin hubungan yang hangat. Meskipun ada perubahan konstitusi antara pulau itu dan Inggris.
Para ahli memperkirakan langkah republikan Barbados akan memacu diskusi tentang proposal serupa di bekas koloni Inggris lainnya di mana Ratu Elizabeth II tetap berdaulat.
Terutama di Jamaika, di mana dua partai politik utama mendukung pemisahan sepenuhnya dari monarki.
Redaktur pelaksana Majesty Magazine yang berbasis di London Joe Little mengatakan keputusan Barbados adalah "perkembangan alami" dari tren yang dimulai dengan naiknya Ratu Elizabeth II ke takhta pada 1952.
"Saya pikir tak terelakkan itu akan berlanjut, tidak harus dalam pemerintahan saat ini tetapi di masa depan - dan mungkin dipercepat," kata Little kepada kantor berita AFP.
Pulau berpenduduk hampir 300.000 orang itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1966. Sejak 1620-an, itu pula pemukim Inggris mengubahnya menjadi koloni gula yang bergantung pada tenaga kerja ribuan orang Afrika yang diperbudak sampai emansipasi pada 1834.
Analis politik independen Kevon Edey kepada Al Jazeera mengatakan langkah Barbados merupakan proses yang panjang.
“Barbados telah mencari untuk mencapai kedaulatan penuh bahkan setelah kemerdekaan," tutur Edey. [Tio]